Rasulullah SAW telah memberikan contoh pada kita untuk mencintai dan menyayangi anak yatim, terlebih adalah mereka yang masih kecil, bergantung hidup, dan membutuhkan bantuan untuk menjalani kehidupannya. Untuk itu, tidak heran jika Allah menjanjikan surga bagi kita yang menyantuninya. Menggertak anak yatim, mengambil hartanya, dan memanfaatkannya tentu bukanlah hal yang diajarkan dalam Islam.
Adakah kita tergerak untuk memberikan cinta pada anak-anak yatim yang kekurangan dan membutuhkan bantuan? Dalam ayat-ayat Al-Quran dan hadist dari Rasulullah SAW, menyampaikan banyak kemuliaan bagi mereka yang mencintai anak yatim. Tentunya kita ingin sekali mendapatkannya dan sebagai bekal untuk kehidupan kita kelak di akhirat.
Berikut adalah kemuliaan bagi mereka yang mencintai dan menyantuni anak yatim.
Menyantuni Anak Yatim Menjadi Kebaikan Bagi Diri
“Dan mereka bertanya kepadamu mengenai anak-anak yatim. Katakanlah, “Memperbaiki keadaan anak-anak yatim itu amat baik bagimu.” (QS: Al-Baqarah: 220)
Memperbaiki anak-anak yatim, dalam hal ini adalah menyantuninya, menjamin kehidupan, dan masa depannya adalah bagian dari amal kebaikan bagi seorang muslim. Anak-anak yatim yang ditinggalkan ayahnya, terlebih adalah dalam kondisi yang kekuarangan (dhuafa) tentu perlu kita perhatikan, agar kehidupan kedepannya lebih baik dan tidak masuk dalam kehidupan yang kelam. Dengan begitu, maka kebaikan akan datang kepada kita sebagaimana janji Allah dalam Al-Quran.
Nafkah untuk Anak Yatim adalah Sebaik-Baiknya Harta
“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya (QS: Al-Baqarah: 215)
Di dalam Al-Quran, nafkah untuk anak yatim adalah termasuk dalam amalan yang Allah sukai. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kita kerjakan termasuk dari harta yang kita miliki. Harta menjadi hal yang sangat dicintai manusia. Bagi mereka yang mau menafkahkannya untuk anak yatim, tentu saja menjadi suatu kemuliaan tersendiri. Fitrahnya, manusia ingin hartanya selalu banyak dan berlebih, namun dengan menafkahkannya maka tentu pahala Allah bagi mereka yang menjalankannya dengan ikhlas.
Dekat dengan Surga
Rasulullah SAW bersabda, “Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya” (HR. Bukhari)
Bagi mereka yang menanggung kehidupan anak yatim, seperti dalam hadist di atas, janji Allah adalah surga. Mereka akan dekat dengan surga karena telah membuat hidup anak yatim lebih terjaga dan lebih baik, walaupun orang tuanya tiada. Tentu kita ingin sekali dekat dengan surga, untuk itu cintailah anak yatim dan lakukanlah dengan tulus, sebagaimana Allah selalu memberikan nikmat serta rezeki yang berlipah untuk kita.
Jauh dari Adzab Allah
Rasulullah SAW bersabda, “Demi Allah yang mengutusku dengan kebenaran di hari kiamat Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak akan mengadzab orang yang mengasihi anak yatim dan berlaku ramah padanya serta manis tutur katanya. Dia benar-benar menyayangi anak yatim dan mengerti kekurangannya, dan tidak menyombongkan diri pada tetangganya atas kekayaan yang diperoleh Allah kepadanya.” (H.R. Thabrani)
Tentu kita menginginkan hidup yang jauh dari adzab Allah. Untuk itu, salah satu jalan untuk menghindari adzab-Nya, adalah dengan kita menyayangi anak yatim, berlaku baik padanya, dan menjamin kehidupannya. Anak yatim memiliki keistimewaan tersendiri dalam Islam, untuk itu berikanlah kasih sayang kita agar Allah pun memberikan keistimewaan atas amalan yang kita lakukan.
Sebaik-baiknya rumah
“Sebaik-baik rumah di kalangan kaum muslimin adalah rumah yang terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan baik. Dan sejelek-jelek rumah di kalangan kaum muslimin adalah rumah yang terdapat anak yatim dan dia diperlakukan dengan buruk.” (HR. Ibnu Majah)
Apalah artinya sebuah rumah yang mewah dan megah, jika di dalamnya tidak ada hal-hal baik yang menaunginya. Salah satu hal yang membuat rumah kita menjadi rumah yang terbaik adalah dengan memelihara anak yatim di dalamnya. Sedangkan, bagi mereka yang memiliki rumah namun anak yatim di dalamnya diperlakukan buruk, maka itulah seburuk-buruknya rumah.
Untuk itu, marilah kita cintai anak yatim dan raih kemuliaan hidup seperti Rasulullah SAW. Sayangi dan cintai anak yatim dengan sisihkan sebagian rezeki kita untuk donasi Yatim bersama Dompet Dhuafa.